Senin, 24 Agustus 2015

SINTREN

               
sumber: google.com
           Di era modern ini, budaya asing mulai menjajah budaya tanah air.  Banyak sekali faktor-faktor penyebaran budaya asing ke dalam tanah air.  Baik lewat televisi ataupun yang lebih berpengaruh yaitu lewat dunia internet.  Budaya-budaya tanah air seperti permainan anak-anak atau sebagainya sudah mulai memudar.  Mungkin disebabkan oleh pemudanya yang lebih menyukai budaya-budaya asing daripada budaya tanah air.  Bahkan, pemuda sekarang menganggap budaya asing adalah budaya gaul, sedangkan budaya asli dianggap budaya jadul.
                Beda dengan suasana di desa.  Ternyata budaya asli di sebagian besar daerah pedesaan di Indonesia masih dilestarikan.  Mereka menganggap budaya adalah warisan leluhur yang harus dijaga. 
                Di Desa Warajaya, Kecamatan Bantarsari, Cilacap, budaya asli masih dilestarikan.  Seperti ebeg, wayang kulit, sintren, dan masih banyak lagi.  Biasanya ebeg, wayang kulit, dan sintren dilaksanakan untuk acara-acara seperti pernikahan, khitanan, dan sebagainya.
                Saat ini budaya yang sedang tenar di Desa Rawajaya adalah sintren.  Penyelengaraan sintren cukup meriah.  Pelaksanaan sintren tergolong masih kejawen.  Dalam sintren ada yang menjadi putri sintren.  Pemeran akan dimasukan ke dalam kurungan yang besarnya hanya sekitar 150*100 cm.  Wanita yang jadi peran duduk dengan posisi kaki dan tangan terikat sebuah tali.  Disandingkannya sebuah baskom berisi kebaya dan alat-alat penghias wanita.  Setelah kurungan ditutup kain, sambil diiringi lagu kejawen dan alat-alat musiknya juga.  Seperti gendang, gong, gamelan, dan lain-lain.  Setelah menunggu beberapa lama kurungan akan bergerak-gerak dan terbuka sendiri.  Wanita yang menggunakan baju biasa sudah terbalut cantik dengan kebayan yang disiapkan.  Wanita pemeran menari tanpa sadar.
                Konon yang berada di tubuh pemeran adalah Nyi Roro Kidul.  Acara akan semakin meriah ketika putri sintren berjalan menuju badut yang sudah disiapkan.  Badut adalah sebutan pangeran sintren.  Kemudian putri dan badut sintren menari diiringi musik jawen.  Sungguh acara meriah.  Saya pikir budaya Indonesia masih tergolong lebih bagus.  Maka, dari contoh pelestarian budaya sintren di desa rawajaya, mari kita kembangkan budaya-budaya asli kita.

OLEH: REZA SUTRISNO BIN A. RUKHANI MUBAROK
             XII IPA, CILACAP, JAWA TENGAH



Tidak ada komentar:

Posting Komentar